Jumat, 04 Juli 2008

Pengaruh Berat Jenis pada Pembakaran

Pembakaran yang terjadi pada ruang bakar sebuah mesin, terjadi melalui beberapa proses. Bahan bakar harus mengalami penguapan agar bisa bercampur dengan oksigen yang ada di udara. Sebagaimana diketahui bahwa proses penguapan ini adalah proses perubahan zat cari menjadi zat gas. Pada kenyataannya sebuah zat memiliki titik didih agar terjadi penguapan, yang nilainya berbeda-beda. Misalnya air murni dalam kondisi tekanan udara 1 atmosfir, titik didih air tsb adalah 100 degC. Sedangkan titik didih Methanol sekitar 69 degC. Itu menunjukkan bahwa setiap zat yang murni ( tunggal ), memiliki titik didih yang tersendiri.


Titik didih tersebut dipengaruhi oleh berat molekul yang menyusun zat tsb, semakin berat molekul zat tersebut, cenderung menjadi tinggi titik didih zat tsb. Dengan kata lain, semakin tinggi berat jenis suatu zat, maka semakin tinggi titik didih zat tsb, dan semakin sulit menjadi uap. Tentunya menjadi semakin sulit bereaksi dengan ogsigen, dalam arti memerlukan suhu lingkungan yang tinggi untuk terjadi campuran gas dengan ogsigen. Campuran gas ini biasa disebut mixture.

Pada bahan bakar petroleum, tidak terdiri dari satu senyawa hidrocarbon, tetapi sebenarnya terdiri dari ratusan jenis zat senyawa hidrocarbon yang memiliki berat molekul yang berbeda-beda. Komposisi zat-zat penyusun dari bahan bakar petroleum tsb, akan menentukan berat jenis akhir dari bahan-bakar tsb. Misalnya semakin banyak persentasi zat berat yang terkandung dalam bahan bakar, baka berat jenis bahan bakar tsb akan menjadi tinggi atau bertambah berat. Sebaliknya jika persentase zat berat penyusun adalah sedikit, maka berat jenis atau density bahan bakar tsb menjadi ringan. Titik didih bahan bakar tidak pada satu titik tunggal misalnya 180 degC, tetapi memiliki titik didih yang terdistribusi sesuai dengan titik didih zat-zat penyusun bahan bakar tsb. Titik didih bahan bakar ADO (Automotive Diesel Oil) mulai terjadi pada suhu sekitar 150 degC, dan bisanya berakhir pada suhu sekitar 360 degC.

Yang menjadi pertimbangan tentang mutu pembakaran adalah seberapa besar kandungan zat-zat berat dalam bahan bakar tsb. Sebab zat berat ini sulit menguap dan cenderung menjadi smoke atau jelaga yang tidak terbakar sempurna. Zat-zat berat ini juga menjadi unsur utama terjadinya carbon-residue yang bisa mengotori mesin dan bisa menimbulkan erosi pada injektor bahan bakar. Oleh karena itu dengan pertimbangan kwalitas pembakaran, zat-zat berat ini dibatasi dalam kandungan sebuah bahan-bakar mesin diesel.

Namun dari sisi penjual bahan bakar, karena zat-zat berat tsb pada kenyatannya murah harganya, maka ada kecenderungan, produsen bahan bakar untuk mencampurkan zat-zat berat tsb dalam bahan-bakarnya. Hal ini tidak ada pertimbangan lain kecuali unsur bisnis, atau mempertinggi margin keuntungan penjualan. Sehingga terjadilah mutu ADO yang kadang tidak sesuai dengan requirement untuk mesin mobil yang menuntut spesifikasi bahan bakar tinggi. Karena mesin mobil berbeda dengan mesin traktor, kapal atau mesin industri yang cenderung beroperasi pada rpm rendah, dan menghadapi load yang stabil, tidak banyak berubah-ubah seperti mesin mobil.



Tidak ada komentar: